Aceh Tenggara, inakor.id — Salah seorang polisi yang bertugas di Polres Aceh Tenggara berpangkat Aipda mempunyai rumah mewah bak istana, bangunan rumah itu diperkirakan mencapai milyaran rupiah, diketahui seorang Polisi itu berpangkat Aipda Ricci Capri alias Riky Pandem yang saat ini menjabat sebagai Kanit Opsnal Satuan Reserse Narkoba (Satres Narkoba). Namun saat ini rumah megah bak istana milik Aipda Ricci Capri alias Riky Pandem tegah jadi sorotan publik, lantaran mempunyai aset milyaran rupiah yang diduga didapatkan dari hasil narkoba.” Dari mana uang yang ia dapatkan sementara pangkatnya saja masih Aipda kata salah seorang tokoh masyarakat yang namanya engan disebutkan.
Tokoh masyarakat itu juga meminta agar bapak Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto menurunkan tim khusus Inspektorat Pengawasan Umum (Irwasum Polri) turun ke Aceh Tenggara memeriksa dan menelusuri sumber aset Aipda Ricci Capri alias Riky Pandem Kanit Opsnal Satres Narkoba Aceh Tenggara.
Disebutkan, asetnya sangat mencurugikan karena yang bersangkutan bukan dari keluarga yang berada artinya berasal dari keluarga sederhana, rumahnya menjadi perbincangan publik, rumah kelas Kapolres pun kalah dengan kemegahan rumah oknum Polisi berpangkat Aipda.
Dari beberapa sumber menyebutkan tahun 2018, 2019 dan 2020 Ricci Capri alias Riky Pandem menjabat sebagai Kanit Opsnal Satres Narkoba Polres Aceh Tenggara, diduga karena kinerjanya disorot kemudian dia mengundurkan diri. Lalu sekitar awal tahun 2023 sampai sekarang dia kembali menjabat sebagai Kanit Opsnal Satres Narkoba Aceh Tenggara, ungkap sumber itu.
Sebelum menjadi Kanit Opsnal Satres Narkoba Polres Aceh rumah Ricci Capri alias Riky Pandem hanya berdindingkan papan, saat ini disebelah rumah dinding papan itu dibangun rumah megah bak istana setelah beberapa tahun menjabat sebagai Kanit Opsnal Satres Narkoba Aceh Tenggara, bebernya.
Ironisnya, untuk menutupi atau mengaburkan dugaan sumber asetnya oknum Kanit Opsnal Satres Narkoba Aceh Tenggara itu membuka usaha meubel, diketahui publik usahanya tersebut sepi orderan sehingga seolah-olah sumber rumah megahnya, mobil dan aset lainnya bersumber dari usaha meubel, pungkas tokoh masyarakat itu mengakhiri. [Amri Sinulingga]