Pangandaran, inakor.id – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandega Pangandaran gelar Ngobatan (Ngobrol Bareng Seputar Kesehatan) dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) yang ke-64 tahun dengan tema MP ASI tinggi protein hewani untuk mencegah stunting dengan narasumber Ahli Gizi RSUD Pandega Pangandaran Dwiana Destya Putri, S.Gz., di Lantai 3, RSUD Pandega, Pangandaran, Jabar, Kamis (25/01/2024).
Sebagai narasumber di kegiatan tersebut, Ahli Gizi RSUD Pandega Pangandaran Dwiana Destya Putri, S.Gz., memberikan sosialisasi dan arahan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita.
Dwiana Destya Putri S.Gz, Ahli Gizi RSUD Pandega Pangandaran mengatakan, Rata-rata di Indonesia ini jarang memberikan protein kepada anaknya, jadi terlalu sering memberikan makan nasi dan sayur saja.
“Sedang protein fungsinya untuk membangun atau menambah tinggi berat badan jadi si anak tidak dikasih protein hewani, tidak ada cadangan untuk pertumbuhan berat badan dan tinggi badan karena protein hewani untuk pencegahan stunting,” katanya kepada sejumlah wartawan
Sementara di Indonesia terus melakukan pencegahan agar tidak ada penambahan stunting baru. Salah satunya dengan memberikan protein hewani kepada anak dimulai dari usia 6 bulan.
“Rata-rata di Indonesia khususnya di Pangandaran anak dibawah satu tahun belum diberikan protein hewani. karena banyaknya mitos-mitos tertentu dari orang tua jaman dulu,” terang Dwiana
Dwiana lebih lanjut mengatakan, anak-anak susah menambah berat badan, sedangkan 2 tahun pertama kehidupan golden period atau masa emas jadi pada 2 tahun pertama harus bener-benar terpenuhi proteinnya.
“Agar tidak menyorotkan terjadi stunting karena kalau sudah stunting akan sulit diperbaiki keadaannya,” ujarnya
Untuk menghadapi anak yang susah makan harus mengetahui kenapa si anak sulit makan.
“Yang pertama saat umur 6 bulan itu kuncinya si anak jangan dipaksa untuk makan karena kan si anak baru belajar dari pertamanya cair terus tiba-tiba makanan padat atau makanan yang lumat. Di situ anak membutuhkan adaptasi jadi pada saat pertama makan,” tutur Dwiana
Dwiana menambahkan, sebagai ibu harus mengerti misal memberikan makan itu tidak bisa sekaligus harus bertahap.
“Tidak boleh dipaksa seandainya dipaksa membuat si anak trauma. Karena si anak kalau tidak suka makanan tersebut bisa menghindar,” jelasnya
Yang kedua jangan terlalu sering memberikan makan di luar karena jamnya terlalu padat, jadi biarkan si anak lapar.
“Nah ketika lapar berikan makanan yang bergizi dan kesukaan anak, biasanya anak berbeda-beda kesukaan ada yang gurih, manis jadi berikan makanan kesukaan anak jadi yang di bawah 1 tahun. Penggunaan garam dan gula tidak direkomendasikan dulu baru dikenal di usia 1 tahun dulu, biarkan si anak lapar berikan yang bergizi,” imbuh Dwiana
Termasuk makanan sayur yang artinya makanan sayur tidak berbentuk ada kuahnya dan bisa disisipkan di makanan cemilan seperti contoh membuat stick.
“di situkan disisipkan ada sayurnya untuk makanan balita dan balita itu harus padat gizi satu makanan mengandung semuanya ada karbohidrat, proteinnya, ada sayurnya dan lemaknya,” papar Dwiana
Dwiana berharap, sang ibu dalam memberikan makanan pada anaknya lebih sadar, apalagi jaman sekarang banyak makanan instan.
“Kita tidak bisa pungkiri jaman dulu dan jaman sekarang berbeda sekarang, jadi ibu-ibu harus dibekali ilmu pengetahuan itu wajib untuk seorang ibu,” tuturnya
Karena ibu akan menentukan kualitas anaknya sendiri dan ibu harus bersabar agar si anak tidak mengalami kekurangan gizi dan apabila si ibu sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kondisi si anak masih begitu harus melapor ke puskesmas.
“Sebab di Puskesmas ada ahli gizi, bila belum bisa ditangani selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. Nanti kita temukan apakah ada penyakit infeksi atau tidak yang menyebabkan anak itu sulit naik berat badannya, dua kali berturut-turut tidak naik berat badan jangan dibiarkan. Segera bawa ke fasilitas kesehatan,” pungkas Dwiana (Agit Warganet)