Kembalinya Sultan Tidore: Pemimpin Leluhur Selamatkan Jazirah Al-Mulk di Pilkada 2024

Maluku Utara176 Views

Maluku Utara,inakor.id -Sahrir Jamsin Ketua Sentrum Mahasiswa Indonesia Halmahera Barat (SEMAINDO) DKI Jakarta, “Pilkada Maluku Utara 2024 bukan hanya sekadar kontestasi politik, tetapi merupakan momen bersejarah bagi rakyat. Ini adalah sebuah panggilan untuk kembali ke akar sejarah dan budaya yang telah membentuk identitas Maluku Utara selama berabad-abad. Dalam momen penting ini, Sultan Tidore Husain Alting, pewaris garis keturunan leluhur yang mulia, hadir dengan visi “Selamat Maluku Maluku.” Visi ini membawa harapan baru bagi rakyat Maluku Utara yang telah lama kecewa dengan dinasti-dinasti politik yang gagal membawa perubahan nyata. Kamis- (7 November 2024).

Maluku Utara, dengan kekayaan sejarah dan budayanya, kini berada di persimpangan jalan. Politik dinasti, pragmatisme kekuasaan, dan janji-janji kosong telah mendominasi panggung politik selama bertahun-tahun, meninggalkan rakyat di belakang. Kondisi ini memicu keresahan di kalangan masyarakat yang semakin kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin yang mereka pilih. di tengah kegelisahan ini, kehadiran Sultan Tidore Husain Alting, seorang pemimpin dengan ikatan sejarah yang kuat terhadap tanah Maluku Utara, menawarkan jalan keluar: kembalinya pemimpin leluhur untuk menyelamatkan Jazirah Al-Mulk.

banner 336x280

-Pemimpin dengan Warisan Sejarah yang Kuat.

Kesultanan Tidore adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang memiliki peran signifikan dalam sejarah maritim Indonesia. Sebagai keturunan langsung dari Kesultanan Tidore, Sultan Husain Alting bukan hanya figur politik, tetapi juga simbol harapan, kekuatan, dan kebangkitan bagi Maluku Utara.

“Menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Negara dan Kekuasaan dalam Sejarah Nusantara, “peran strategis para pemimpin lokal seperti Sultan Tidore dalam menjaga keseimbangan kekuasaan di wilayah kepulauan sangat signifikan dalam memastikan kemakmuran masyarakat” (Kartodirdjo, 1984). Visi Sultan Husain Alting mengedepankan nilai-nilai luhur seperti keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang diwariskan oleh leluhur untuk kembali mengangkat martabat Maluku Utara.
“Selamatkan Jazirah Al-Mulk”: Seruan dari Hati Leluhur

Frasa “Selamatkan Jazirah Al-Mulk” bukan sekadar slogan politik; ini adalah panggilan dari masa lalu yang menggema dalam setiap hati rakyat Maluku Utara. Jazirah Al-Mulk, yang dikenal sebagai tanah yang kaya akan budaya, tradisi, dan kebijaksanaan leluhur, kini terancam oleh pragmatisme kekuasaan yang hanya mengutamakan keuntungan politik semata.

Sultan Husain Alting, dalam visi “Selamat Maluku Maluku” yang diusungnya, tidak hanya berambisi untuk meraih kekuasaan, tetapi untuk mengembalikan kejayaan yang telah lama hilang. Beliau membawa tekad untuk menghidupkan kembali nilai-nilai keadilan, kesejahteraan, dan keberlanjutan yang pernah menjadikan Maluku Utara makmur dan berdaulat.

-Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Luhur di Era Modern.

Di tengah kejatuhan dinasti-dinasti politik yang kerap melupakan akar budaya, Sultan Husain Alting muncul sebagai sosok yang menegaskan kembali bahwa pembangunan sejati bukanlah sekadar angka-angka ekonomi.

Sebagaimana dikatakan oleh Amartya Sen dalam Development as Freedom, pembangunan harus berbasis pada pemberdayaan manusia dan komunitas, bukan hanya infrastruktur fisik (Sen, 1999). Sultan Husain Alting berkomitmen untuk merangkul seluruh lapisan masyarakat, menghidupkan kembali budaya lokal, dan memberdayakan generasi muda dalam menjaga tradisi besar ini.

Kesultanan Tidore sejak lama menjadi simbol kebersamaan dan keadilan, dan Sultan Alting bertekad untuk membawa kembali nilai-nilai ini dalam kepemimpinannya.

-Menghadapi Kegagalan Dinasti Politik.

Sultan Tidore Husain Alting muncul di tengah kekecewaan masyarakat terhadap dinasti politik yang selama ini lebih berfokus pada membangun kekuasaan daripada kesejahteraan rakyat.

Nama-nama besar seperti Muhammad Kasuba dan Aliong Mus mendominasi politik Maluku Utara, tetapi mereka gagal menghadirkan perubahan yang berarti. Harold Crouch, dalam bukunya Politik dan Pembangunan di Indonesia, menekankan bahwa “dinasti politik seringkali menyebabkan stagnasi dan ketidakmampuan memenuhi aspirasi masyarakat” (Crouch, 2010). Kegagalan dalam mengelola sumber daya alam di Halmahera Selatan di bawah kepemimpinan Muhammad Kasuba merupakan bukti nyata dari hal ini.

Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkelola dengan baik justru menambah ketimpangan dan merusak lingkungan, bukannya membawa manfaat bagi masyarakat setempat (Resosudarmo, Resource Curse and Governance, 2017).

-Pilihan Masa Depan Maluku Utara.

Pilkada 2024 bukan hanya pertarungan untuk kursi kekuasaan, tetapi pertarungan untuk masa depan Maluku Utara. Rakyat dihadapkan pada pilihan penting: melanjutkan dominasi dinasti politik lama yang gagal atau memberi kesempatan pada pemimpin yang membawa warisan sejarah serta komitmen kuat terhadap perubahan. Sultan Husain Alting adalah sosok yang memahami nilai-nilai lokal dan berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat.

Menawarkan solusi yang komprehensif, mencakup perbaikan sosial, budaya, dan lingkungan yang berkelanjutan. Kembalinya Sultan Tidore adalah kesempatan emas bagi Maluku Utara untuk menyelamatkan masa depan Jazirah Al-Mulk.

Dengan fondasi sejarah yang kuat dan visi pembangunan yang berlandaskan pemberdayaan rakyat, Sultan Husain Alting hadir sebagai pemimpin yang inklusif, bersih, dan berintegritas. Kini, keputusan ada di tangan rakyat. Memilih Sultan Husain Alting bukan hanya memilih seorang pemimpin, tetapi juga memilih untuk menjaga warisan leluhur dan menyelamatkan masa depan Maluku Utara.

( Uber Noval ).

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *