Pangandaran, inakor.id – Wilayah kabupaten Pangandaran Jawa Barat sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Daerah yang dikenal surganya wisata alam itu memiliki jalan yang cukup terjal dan berkelok.
Insiden kecelakaan itu tidak hanya menimpa para wisatawan, akan tetapi sering menimpa warga setempat.
Kanit Gakum Satlantas Polres Pangandaran Ipda Dimas Aditama mengatakan, salah satu penyebab kecelakaan pemotor diakibatkan tingkat penggunaan helm masih rendah.
“sebenarnya kecelakaanya tidak terlalu patal, misal keserempet. Karena tidak memakai helm, terus kepalanya membentur aspal. Jadi menambah fatalitas kecelakaan,” kata Dimas di Lantai 2 Pos Lantas Tantya Sudhirajati Selasa, (23/07/2024).
Menurutnya penyebab lain penggunaan spion yang masih rendah. Hal tersebut kerap terjadi kepada pemotor ibu-ibu saat sedang ingin menyebrang.
“Ada ibu-ibu mau nyebrang ke kanan. Dia tidak melihat spion lalu ketabrak dari belakang. Kejadiannya itu di Wonoharjo,” terang Dimas
Kejadian serupa juga terjadi dibeberapa ruas jalan di wilayah kabupaten Pangandaran.
“Kemudian, minimnya kepatuhan rambu-rambu lalu lintas. Hal itu sering menjadi penyebab kecelakaan, seperti di Bunderan Cikembulan Pass,” terang Dimas
Lebih lanjut Dimas mengatakan, padahal fungsi bunderan tersebut untuk mengurai kendaraan. Namun banyak pengendara roda dua yang mengindahkanya.
“Mereka (pemotor) justru malah melawan arus. Ahirnya terjadi tabrakan. Di jalan lain pun sama. Seperti arus one way depan pasar Pangandaran dan taman pesona,” paparnya
Senada dengan kendaraan roda empat. Roda empat menjadi dua kategori yakni, kendaraan penumpang dan kendaraan barang. Biasanya kendaraan penumpang wisatawan belum memahami culture pengendara di Pangandaran.
“Contoh di Padaherang. Yang lewat dari Bandung – Jakarta ngebut, sedangkan culture pengendara di padaherang ngebut tidak menggunakan helm dan spion. Ahirnya terjadi keserempet dan lainnya,” ungkap Dimas
Selaras di wilayah Kalipucang. Di wilayah tersebut memiliki tanjakan, turunan dan berkelok, semisal di karangnini. Di wilayah tersebut minim rambu-rambu dan penerangan jalan ketika di malam hari.
“Sedangkan pengendara wisatawan ngebut dan tidak tahu medan di wilayah itu,” jelas Dimas
Selanjutnya, kendaraan barang, menurutnya kendaraan tersebut lebih kompleks. Terlebih lagi kondisi jalan dari padaherang – Cimerak masih sempit.
“Kendaraan dumtruk atau fuso mogok disitu. Kemudian tidak ada tanda pengaman/pengenal seperti lampu darurat (bila malam hari). Kemudian ada motor ngebut dan terjadilah nabrak mobil mogok itu,” tutur Dimas
Sementara, mobil mogok di wilayah tersebut tidak langsung cepat-cepat di derek. Padahal prasarana jalan sempit. Begitupun dengan kendaraan muatan barang yang over load, menurut dia, biasanya di wilayah tersebut sering terguling.
“Hal itu juga sangat dikhawatirkan jika muatan berlebih akan berakibat dengan pengendara lain,” tutup Dimas (Agit Warganet)