Aceh Tenggara, inakor.id – Menyikapi perkembangan harga beras saat ini, Presiden Jokowi menugaskan Badan Pangan Nasional dan BULOG untuk menyalurkan beras Bantuan Pangan kepada Keluarga Penerima Manfaat di seluruh Indonesia.
Presiden Jokowi yang didampingi Menteri Sekretaris Negara, Menteri BUMN, Kepala Badan Pangan Nasional dan Direktur Utama Perum BULOG meyakini penyaluran beras Bantuan Pangan ini mampu meredam fluktuasi harga beras yang terjadi saat ini.
Program Bantuan Pangan yang dilakukan penyaluran serentak di seluruh Indonesia ini diberikan kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh wilayah Indonesia yang tercatat dalam data Kementerian Sosial. Adapun masing-masing KPM akan menerima sebanyak 10 kilogram (kg) per bulan.
Beras Bantuan dari Badan Pangan Nasional ( Bapanas) melalui Perum BULOG yang disalurkan oleh PT Pos Indonesia kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Seratus Persen aman untuk dikomsumsi oleh masyarakat.
Pada Jum’at 13/10/2023 sekira pukul 19.57 Wib salah seorang warga yang tinggal di wilayah Kecamatan Ketambe Kabupaten Aceh Tenggara berinisial AS menginboxkan informasi beras aneh yang dibagikan kepada masyarakat, didalam inbox yang diterima media ini AS mengatakan, Assalamu’alaikum Bg da
Ini beras sembako tapi ada kejanggalan yang terdapat dalam beras setelah diamati, apakah tidak berbahaya bg, karna bilang msyarakat direndam kembung dan licin. Pesan inbox itu dikirimkan AS berserta gambar beras aneh tersebut.
Setelah menerima informasi tersebut, awak media ini membalas inbox AS seraya menanyakan, apakah beras aneh itu masih ada, lalu AS mengatakan beras anehnya masih ada dan kata AS beras aneh tersebut diterima pada bulan September 2023 yang dibagikan oleh pihak POS.
Lalu pada hari Sabtu 14/10/2024 siang, awak media ini bersama awak media suaraburuhnasional.com meluncur ke daerah Kecamatan Ketambe untuk melakukan pengumpulan informasi dan wawancara langsung kepada masyarakat yang menerima beras aneh tersebut,
Penerima beras bantuan aneh di Desa Datuk Pinding Kecamatan Ketambe kepada awak media mengatakan, beras bantuan yang dia terima itu dibagikan oleh PT Pos Aceh Tenggara pada bulan September 2023 kemarin, setelah beras sebanyak 10 kg itu dia terima dan dibawa kerumahnya, lalu istri saya membuka kemasan beras tersebut dan hendak memasaknya, ketika beras itu dicuci dengan air, terlihat ada beras yang mengambang dipermukaan air, karena merasa aneh lalu beras itu dipegang terasa licin dan kebung, ketika dipegang beras tersebut hancur tidak seperti beras-beras yang selama ini mereka makan.
Mengetahui ada keanehan tersebut, lalu istri saya memisahkan beras yang mengampung di air itu. Setelah itu beras tersebut semankin membekak seperti nasi sudah dimasak, tapi ketika dipegang beras tadi licin dan hancur. Tidak seperti beras yang biasa, sebut warga Datuk Pining itu menjelaskan.
Menurutnya, dalam satu sak beras seberat 10 kilo gram itu, beras yang menurut saya aneh itu tidak banyak, kalau saya taksir mungkin sekitar kurang lebih ยน
1/4 kilo gram mungkin ada. Setelah beras itu kami masak dan kami makan, kami tidak ada yang mengalami keracunan atau sakit perut atau pun menceret. Tapi beras Bantuan Pangan pada bulan Oktober ini lebih bagus lagi dan tidak ada terlihat beras yang aneh itu, jelas warga Desa Datuk Pinding itu mengakhiri penjelasanya.
Pada hari Sabtu (14/10) sore setelah awak media kembali dari Kecamatan Ketambe, Direktur RSUD H. Sahudin Kutacane dr. Bukhari ketika awak media temui dirumahnya mengatakan bahwa adanya peningkatan pasien di RSU dalam dua minggu kebelakang ini, coba koordinasi dengan dr Mardiana, ujar dr Bukhari, S.PoG.
dr Mardiana ketika dikonfirmasi awak media melalui selulernya menjelaskan, pasien kita dari Kecamatan Ketambe sebanyak 16 orang. Namun sampai saat ini tidak ada pasien yang keracunan atau mencret. Biasanya jika pasien mekomsumsi makanan yang tidak baik, itu bisa keracunan maupun mencret. Tapi sampai hari ini tidak ada pasien kita yang mengalami hal tersebut, kata dr Mardiana menjelaskan.
Plh Kepala Cabang Perum BULOG Aceh Tenggara, Wahyu melalui Assman SCPP Ahmad Rijal Hasibuan, kepada media ini di kantor Bulog Senin 16/10/2023 ketika dikonfirmasi mengatakan, beras Bantuan Pangan yang disalurkan oleh PT Pos kepada masyarakat sebanyak 10 kg per Keluarga Penerima Manfaat (KPM), di Kabupaten Aceh Tenggara disalurkan sebanyak 165.560 kg/bulan untuk 16.556 KPM yang di jadwalkan dibagikan kepada KPM selama 3 bulan yang dimulai pada bulan September, Oktober dan November 2023.
Lebih lanjut Ahmad Rijal Hasibuan menjelaskan, beras dari Bulog yang disalurkan oleh PT Pos kepada masyarakat seratus persen aman untuk di konsumsi oleh masyarakat. Bahkan seribu persen aman dan sangat layak di konsumsi. Pasalnya beras inpor tersebut sudah melalui proses uji kelayakan, setelah beras sampai ke pelabuhan Belawan, beras itu tidak dibongkar, tapi dilakukan pemeriksaan oleh pihak Dinas Ketahanan Pangan Sumatera Utara, pihak Bea Cukai dan Badan Karantina Nasional.
Setelah dilakukan pemeriksaan ke 3 lembaga tersebut, jika beras impor itu dinyatakan tidak bisa dikomsumsi, maka beras impor itu dikembalikan ke negara asalnya. Tapi beras ini dinyatakan aman dikonsumsi oleh masyarakat, tidak usah ragu untuk mengkonsumsi beras bantuan tersebut. Tapi jika masyarakat ada yang ragu dengan beras yang diterima, masyarakat boleh menukarkan beras tersebut ke pihak Pos atau langsung ke Bulog, kami akan gantikan dengan beras lain, sebut Rijal Hasibuan.
Keanehan pada beras itu biasanya terjadi karena faktor alam yang membuat sebagian kecil beras itu terlihat aneh warnanya putih. Misalnya saat mendistribusikan dari Medan ke Bulog Aceh Tenggara, dalam perjalanan tiba-tiba hujan dan beras itu basah, sebagian beras itu terlihat beda warnanya. Bisa ditukarkan ke Bulog. Sebagai contoh padi yang kita panen ada sebagian padi tersebut masih hijau ketika kita jemur dan digiling maka beras itu warnanya putih karena masih bercampur dengan padi muda. Jika kita konsumsi sangat aman begitu juga dengan beras bantuan tersebut, masyarakat tidak perlu khawatir, pungkas Ahmad Rijal Hasibuan mengakhiri. [Amri Sinulingga]